Tampilkan postingan dengan label ALAMI. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label ALAMI. Tampilkan semua postingan

Rabu, 19 Oktober 2011

WADUK SERMO



Waduk Sermo, Adalah sebuah Waduk (Danau) yang berada di perbukitan “Bukit Menoreh”, tepatnya di Dusun Sermo, Desa Hargowilis, Kecamatan Kokap Kabupaten Kulonprogo, sekitar 5 km di sebelah barat kota Wates Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Sejak diresmikan pada tanggal 20 November 1996 oleh Presiden Soeharto, waduk Sermo menjadi penyangga air bagi pertanian di bawahnya sekaligus objek menjadi obyek wisata lokal yang sangat menarik dan membanggakan bagi kulon Progo. Panorama alam yang disajikan waduk sermo sangat indah diselimuti hawa yang sejuk segar dan angin yang berhembus semribit menambah kenikmatan bersantai di pinggir Waduk Sermo.



Waduk Sermo sendiri menurut Pemkab Kulonprogo memiliki luas genangan kurang lebih 157 Ha dengan keadaan air yang jernih membiru serta bentuknya yang berkelok-kelok menyerupai jari tangan manusia dengan latar belakang perbukitan menoreh yang hijau.

Bagi para mancing mania, Khususnya yang ada di sekitar Jogjakarta, pasti sudah akrab dengan waduk yang satu  ini. Tak jarang mereka menginap atau bermalam di Waduk ini untuk menyalurkan hobi mereka. Waduk sermo menjadi alternatif tempat memancing bagi para mancing mania. Disini ada bermacam-macam jenis ikan air  tawar, antara lain: Wader, lele, Nila dan Sebagainya.

Selain pengunjung dari kalangan Macing mania, banyak juga pengunjung yang hanya sekedar ingin menikmati keindahan tempat wisata ini dengan berkeliling waduk menggunakan perahu. Bentuk waduk yang berkelok-kelok dan dikelilingi bukit-bukit merupakan keindahan tersendiri yang dapat dinikmati dengan menggunakan perahu motor.




Biayanya cukup murah, hanya Rp. 5.000,- per orang bagi dewasa, dan Rp. 3.000,- per orang untuk anak-anak. Anda akan dibawa berkeliling selama 20 menit, jika penumpang perahu sudah berjumlah minimal 5 orang. Kalaupun ingin borongan, pengunjung cukup membayar Rp. 100.000,- /jamnya.
   

Fungsi utama dari waduk ini yaitu sebagai penampung air yang disalurkan PDAM untuk air bersih, irigasi atau pengairan, serta pencegah banjir. Pemandangan yang elok nan asri  disertai view pegunungan menoreh yang menjulang hijau dengan hutan-hutannya serta sejuknya udara menjadi nilai jual wisata bagi waduk ini.



Selasa, 04 Oktober 2011

GUNUNG BROMO

GUNUNG BROMO merupakan salah satu gunung api yang masih aktif, Gunung Bromo berada di Provinsi Jawa Timur. Tempat ini selalu ramai menjadi tujuan wisata lokal andaLan karena Gunung ini mempunyai eksotisme alam yang sangat menawan, salah satunya adalah laut pasir yang sangat luas. Bromo mempunyai ketinggian 2.392 meter di atas permukaan laut itu berada dalam empat wilayah, yakni Kabupaten Probolinggo, Pasuruan, Lumajang, dan Kabupaten Malang. Lautan pasir di gunung ini kira-kira sepuluh meter persegi, ini membuat pemandangan yang sangat menakjubkan, sehingga banyak wisatawan lokal maupun mancanegara yang sengaja melancong untuk bisa menikmati keindahan alam


Selain menyaksikan keindahan panorama yang ditawarkan oleh Bromo-Semeru, apabila Anda datang di waktu yang tepat, maka Anda dapat menyaksikan Upacara Kesodo, yang diadakan oleh masyarakat Tengger.

MERAPI DAN LAVA TOUR



Masyarakat di Yogyakarta dan Jawa Tengah pasti mengenal dengan baik keindahan dan keganasan Gunung Merapi. Dengan predikat sebagai salah satu gunung teraktif di dunia, Merapi menyimpan potensi bencana alam berupa letusan atau erupsi. Sudah sejak lama para peneliti geologi mengajukan berbagai macam teori mengenai keganasan letusan Merapi. Salah satunya yang terkenal datang dari ahli geologi Belanda, Reinout Willem van Bemmelen, yang mengajukan asumsi bahwa Gunung Merapi pernah meletus hebat pada 1006. Letusan hebat ini, oleh para ahli arkeologi kemudian ditafsirkan sebagai penyebab bagi pusat-pusat kerajaan Mataram Kuna mengalami kemunduran dan kemudian berpindah dari Jawa Tengah ke Jawa Timur. Setelah awal Millenium kedua, Merapi pernah meletus beberapa kali, di antaranya tahun 1672, 1786, 1822, 1872, dan 1930. Pada letusan tahun 1672, awan panas dan banjir lahar menewaskan sekitar 300 jiwa. Sementara, letusan tahun 1930 menelan korban lebih banyak lagi, yakni sekitar 1.369 orang. Kemudian pada tahun-tahun selanjutnya, yaitu erupsi 1954, 1961, 1969, dan 1972-1973, memakan korban jiwa masing-masing puluhan orang. Erupsi lainnya terjadi pada 1994 yang menewaskan puluhan orang, sementara erupsi tahun 1998 tidak menimbulkan korban jiwa, karena letusannya mengarah ke atas. Pada Millenium ketiga, Merapi sekali lagi menunjukkan keganasannya. Kali ini terjadi pada tahun 14 Juni 2006, di mana terjangan lava dan awan panas mampu merobohkan dinding penghalang bagian Selatan yang biasa disebut geger boyo (punggung buaya), sehingga material panas tersebut kemudian menimbun bumi perkemahan Kaliadem. Erupsi yang hanya berselang 2 minggu sebelum Gempa Bumi melanda Yogyakarta dan Jawa Tengah tersebut telah menewaskan dua relawan evakuasi masyarakat lereng Merapi, yakni Sudarwanto dan Suwarjono. Mereka terjebak di dalam lubang persembunyian (bungker) ketika lahar panas menimbun bungker setinggi sekitar tiga meter. Kaliadem merupakan jangkauan terjauh dari terjangan lahar dan awan panas (dalam bahasa setempat disebut wedhus gembel) ketika erupsi tahun 2006. Desa-desa di sekitar Kaliadem, seperti Kinahrejo (tempat Mbah Maridjan, juru kunci Merapi tinggal), selamat dari bencana letusan tersebut. Ribuan kubik pasir-batu yang menimbun kawasan Kaliadem ini telah mengubah wajah Kaliadem dari bumi perkemahan yang hijau menjadi hamparan tanah gersang yang sangat luas. Kawasan yang tertimbun bekas lahar Merapi tersebut kemudian diresmikan sebagai obyek wisata dengan nama Lava Tour Kaliadem.


Wisatawan domestik maupun mancanegara dapat mengunjungi obyek wisata ini untuk melihat secara langsung material bekas letusan Merapi dan bungker tempat perlindungan dua relawan yang tewas. Kawasan kaliadem merupakan dataran tinggi di sebelah selatan Gunung Merapi. Dari kawasan ini, wisatawan dapat menyaksikan puncak Merapi yang menjulang tinggi dengan jarak pandang sekitar 2 kilometer.

Sabtu, 01 Oktober 2011

TELAGA SARANGAN


Telaga Sarangan merupakan salah satu obyek wisata lokal andalan Magetan. Di sekeliling telaga terdapat dua hotel berbintang, 43 hotel kelas melati, dan 18 pondok wisata.




Di samping puluhan kios cendera mata, pengunjung dapat pula menikmati indahnya Sarangan dengan berkuda mengitari telaga, atau mengendarai kapal cepat.Dan banyak Fasilitas penunjang lainnya , misalnya rumah makan, tempat bermain, pasar wisata, tempat parkir, sarana telepon umum, tempat ibadah, dan taman.



Keberadaan 19 rumah makan di sekitar telaga menjadikan para pengunjung memiliki banyak alternatif pilihan menu. Demikian pula keberadaan pedagang kaki lima yang menawarkan berbagai suvenir telah memberikan kemudahan kepada pengunjung untuk membeli oleh-oleh. Hidangan khas yang dijajakan di sekitar tempat wisata lokal ini adalah sate kelinci.

COBAN RONDHO




Air Terjun Coban Rondo juga merupakan salah satu obyek hutan wisata yang dimiliki di Kabupaten Malang. Terletak sekitar 12 km dari Kota Batu, atau tepatnya di Desa Pandansari Kec. Pujon. Di obyek wana wisata ini akan anda temui sebuah air terjun dengan ketinggian 60 m. 


Kawasan Wana Wisata Air Terjun Coban Rondo adalah kawasan wana wisata yang paling mudah ditempuh. Jalan masuk menuju lokasi sudah beraspal, sehingga sangat memudahkan wisatawan apabila ingin mengunjungi obyek wana wisata ini. 

Di sekitar air terjun Coban Rondo, dipenuhi pohon-pohon pinus dan cemara gunung, membuat suasana di obyek wisata ini serasa sejuk. Tidak hanya air terjun saja yang ada di obyek wana wisata ini. Anda juga dapat melihat panorama keindahan kota Batu, aneka tanaman toga, aneka satwa serta penginapan yang pada saat ini sedang dalam tahap pengerjaan.



Air Terjun Coban Rondo menyimpan legenda unik. "Rondo" yang berarti janda. Konon, di bawah air terjun terdapat gua tempat tinggal seorang wanita bernama Dewi Anjarwati. Suaminya, Raden Baron Kusuma bertempur melawan Joko Lelono, pemuda yang tertarik akan kecantikan Dewi Anjarwati dan hendak menculiknya.

Raden Baron tewas dalam pertempuran itu dan istrinya disembunyikan di gua oleh para punokawan-nya. Karena itulah tempat ini diberi nama Air Terjun Coban Rondo

AIR TERJUN DOLO KEDIRI


Kabupaten Kediri memiliki beberapa air terjun yang cantik.Salah satunya, Air Terjun Dolo. Tempat wisata ini terletak di dusun Besuki, Desa Jugo, Kecamatan Mojo,Kediri. Jarak tempuh dari Kota Kediri ke arah barat, kurang lebih 25 kilometer. Meski agak jauh, tapi pemandangan di sepanjang jalan menuju lokasi terbilang sangat indah dan mudah.

Tiba di Besuki, sembari melepas lelah,kita bisa menikmati panorama di Desa Jugo, Mojo,di sekitar menara pemancar relay televisi dan telepon seluler. Disana kita bisa menemukan Air Terjun Irenggolo. Setelah lima menit melalui jalan setapak, air terjun bertrap-trap alami ini bisa kita lihat. Tersembunyi di teduhnya rerimbunan pinus dan hutan, hembusan angin pegunungan, dan suara alam yang unik.

Puas di sini, kita bisa melanjutkan perjalanan ke Dolo. Jarak tempuh dari Besuki sekitar 4 kilometer. Sampai di titik pemberhentian, perjalanan dilanjutkan dengan jalan kaki menuju air terjun. Jalan yang kita lewati terbuat dari bebatuan yang desainnya dipadu dengan lingkungan. Sehingga kesan alami tetap terjaga. Apalagi di saat-saat tertentu, suara kicau burung terdengar tanpa henti.

Setelah kurang lebih 10 menit menapaki jalan lambat laun kita akan mendengar gemricik air terjun. Letak kawasan wisata air terjun ini kurang lebih 1.800 meter di atas permukaan laut. Sedang ketinggian air terjunnya sendiri diperkirakan mencapai 125 meter. Begitu mendekati air terjun ini,kita langsung merasakan butiran-butiran air terjun yang sebagian terbang mengikuti angin. Suara gemuruh airnya seperti melengkapi sensasi Air Terjun Dolo.(KEDIRI.GO.ID)

Jumat, 30 September 2011

KALIURANG

Menikmati pesona alam di ujung utara Yogyakarta. Bersentuhan dengan udara sejuk dan meresapi suasana romantis ala nyonya dan meneer Belanda tempo doeloe di Kaliurang yang terletak di kaki Gunung Merapi.
KALIURANG - Plesir ala Nyonya dan Meneer

Pada awal abad ke-19, sejumlah ahli geologi Belanda yang tinggal di Yogyakarta, bermaksud mencari tempat peristirahatan bagi keluarganya. Mereka menyusuri kawasan utara yang merupakan dataran tinggi. Sesampainya di Kaliurang yang berada di ketinggian 900 meter dari permukaan laut, para "meneer" tersebut terpesona dengan keindahan dan kesejukan alam di kaki gunung itu. Mereka akhirnya membangun bungalow-bungalow dan memutuskan kawasan itu sebagai tempat peristirahatan mereka.

Perjalanan menuju kaliurang dari arah Jogja akan mengingatkan kita pada lukisan pemandangan saat masih di taman kanak-kanak. Sebuah gunung dengan jalan di tengahnya serta hamparan hijau yang membentang di kedua sisinya dihiasi dengan rumah penduduk, akan menghilangkan penat dalam bingkai lukisan alam.

Diselimuti angin yang berhembus sejuk, bahkan di saat mentari tepat di atas kepala, kesejukan itu masih terasa. Udara yang menari melewati pepohonan dan turun dengan gemulai, memberi rasa segar ketika menerpa tubuh.

Pemandangan Gunung Merapi memberi sensasi tersendiri di kawasan ini. Bagaikan seorang gadis desa yang menutup tabirnya bila sengaja diperhatikan, gunung ini akan tertutup kabut seolah malu bila sengaja datang untuk melihatnya.

Menyusur sisi barat Bukit Plawangan sejauh 1100 meter, menempuh perjalanan lintas alam, melalui jalan tanah yang diapit pepohonan dan lereng rimbun, deretan 22 gua peninggalan Jepang menjadi salah satu keunikan wisata alam Kaliurang.

Di samping keindahan alamnya, Kaliurang juga mempunyai beberapa bangunan peninggalan sejarah. Diantaranya adalah Wisma Kaliurang dan Pesangrahan Dalem Ngeksigondo milik Kraton yang pernah dipakai sebagai tempat berlangsungnya Komisi Tiga Negara. Atau Museum Ullen Sentalu yang sebagian bangunannya berada di bawah tanah. Museum ini menguak misteri kebudayaan dan nilai-nilai sejarah Jawa, terutama yang berhubungan dengan putri Kraton Yogyakarta dan Surakarta pada abad ke-19.
Kawasan Rekreasi Keluarga

Berjarak 28 kilometer dari pusat kota Yogyakarta, Kaliurang kini menjadi sebuah kawasan wisata alam dan budaya yang memikat, serta menjadi tempat yang menyenangkan untuk rekreasi keluarga.

Bersantai dengan keluarga, orang tua bisa bersantai sambil mengawasi anak-anak bermain di Taman Rekreasi Kaliurang. Di dalam taman seluas 10.000 meter persegi anak-anak bisa bermain ayunan, perosotan, atau berenang di kolam renang mini. Selain itu di taman yang dihiasi oleh patung jin ala kisah 1001 malam dan beberapa jenis hewan ini, anak-anak juga bisa bermain mini car atau memasuki mulut patung seekor naga yang membentuk lorong kecil dan berakhir di bagian ekornya.

Sekitar 300 meter ke arah timur laut dari taman rekreasi terdapat Taman Wisata Plawangan Turgo. Di kawasan taman wisata ini terdapat kolam renang Tlogo Putri yang airnya berasal dari mata air di lereng Bukit Plawangan. Bermain ayunan atau bercanda bersama keluarga di taman bermain yang berada di dalam taman wisata, rasa lelah akan lebur dalam rimbunnya taman perhutani.

Melangkahkan kaki menyusuri sisi timur, melihat beberapa ekor monyet yang berloncatan dan berayun di dahan, menikmati kicau burung di jalur berbatu susun dan tangga berundak di jalan menanjak sejauh 900 meter; mungkin akan sedikit melelahkan, tetapi pemandangan Gunung Merapi di saat cuaca cerah dari Bukit Pronojiwo, akan menggantikan rasa lelah dengan kekaguman. Pada perjalanan ke puncak Pronojiwo, YogYES sempat adu lari dengan seorang turis asing asal Inggris bernama Nick (47 tahun). Meski memenangkan adu lari, tapi perasaan menyatu dengan suasana alamlah yang paling membahagiakan. Air minum yang dijual oleh wanita penjaja minuman di puncak Pronojiwo bisa melepas rasa dahaga sambil menikmati Merapi yang berdiri tegak di tengah rimbunnya hamparan hijau. Setiap hari libur, Merapi bisa dilihat melalui teropong yang disewakan dengan tarif Rp.3000 selama 30 menit.

Sesampainya kembali di lokasi taman bermain, bersantailah sejenak di Tlogo Muncar. Meredakan letih sambil menikmati air yang terjun di sela-sela bebatuan. Biasanya air akan mengalir dengan deras di musim penghujan.

Jika ingin menikmati pemandangan Kaliurang, para pengunjung bisa berkeliling menggunakan kereta kelinci yang dikenal dengan istilah sepoer. Kendaraan ini biasa mangkal di depan taman wisata yang dipenuhi dengan kios-kios penjaja makanan. Jalur yang dilaluinya mengitari kawasan wisata Kaliurang dari timur ke barat. Melewati gardu pandang yang terletak di sebelah barat, Merapi akan terlihat jelas ketika cuaca cerah. Tarif untuk menaiki kendaraan ini Rp.3.000 per orang jika yang naik minimal tujuh orang. Untuk perjalanan eksklusif, Rp.20.000 akan membuat perjalanan layaknya seorang bangsawan.

Bila ingin merasakan sejuknya angin dan heningnya malam di Kaliurang, berbagai villa, bungalow, pesanggrahan atau pondok wisata bisa menjadi pilihan. Tarifnya juga beragam, mulai dari yang 25 ribuan hingga 200 ribuan. Beberapa penginapan yang bisa anda nikmati, antara lain: Bukit Surya (paling disarankan), Puri Indah Inn (bintang 3), Wisma Sejahtera, dll.

Sebelum pulang pastikan untuk membawa sedikit oleh-oleh yang dijajakan. Mulai dari buah-buahan produksi petani lokal hingga makanan khas yakni tempe dan tahu bacem serta jadah (makanan yang terbuat dari beras ketan dan parutan kelapa).

Hamparan hijau di kaki gunung, udara sejuk dan segala paket kemewahan alamnya, akan meredakan segala kepenatan dan memberikan kesegaran dari hiruk pikuknya perkotaan. (YogYES.COM)

GUNUNG KELUD



 
Gunung Kelud Makin Lengkap aja

Pengunjung kawasan wisata Gunung Kelud yang terletak di wilayah Kecamatan Ngancar Kabupaten Kediri makin dimanjakan dengan berbagai alternatif sasaran dan permainan wisata. Jika sebelum gunung Kelud meletus, pengunjung disuguhi panorama kawah di puncak kepundan dengan air yang berwarna hijau, setelah letusan pada akhir 2007 lalu, pengunjung dibuat terpana dengan munculnya anak gunung Kelud dengan asap putih yang mengepul diseputar “gunung anakan” yang berbentuk kubah lava itu. Belum lagi dengan fenomena mysterious road yang juga membikin pengunjung penasaran.

FLYINGFOX Gunung Kelud Makin Lengkap aja

Sebagai salah satu ikon wisata lokal kabupaten kediri, Pemerintah Kabupaten Kediri melalui kantor Pariwisata dan Seni Budaya (Parsenibud) kembali menambah permainan di kawasan wisata yang menjadi icon wisata Kabupaten Kediri yaitu Gantungan Luncur atau dalam istilah outbond sering disebut Flying Fox. Tidak itu saja, dalam waktu dekat juga akan ditambah dengan permainan wisata berupa penyediaan kendaraan All Train Vehicle (ATV) dengan jalur tertentu. ATV ini adalah jenis kendaraan dengan kemudi seperti sepeda motor tetapi memiliki roda empat dirancang sebagai kendaraan offroad. Dua permainan terakhir adalah permainan yang bernuansa petualangan. Cocok dengan kawasan wisata gunung Kelud yang memang memiliki bentang alam cukup menantang.
Menurut Kepala Kantor Parsenibud Drs. Mudjianto melalui Kabag Humas dan Protokol Drs. Sigit Rahardjo, Msi bahwa dalam permainan flying fox ini sudah dilengkapi dengan perangkat pengaman untuk keselamatan pengunjung yang mencobanya.

“Untuk mencoba flying fox, pengunjung tidak perlu kuatir, karena permainan tersebut sudah dilengkapi perangkat pengaman untuk keselamatan”, jelas Sigit Rahardjo dalam suatu kesempatan.

Untuk menikmati flying fox dengan jalur bentang sepanjang 100 meter ini pengunjung dikenakan tarif Rp. 10.000,- sekali luncur termasuk diantar kembali ke tempat luncur awal dengan dibonceng sepeda motor.

“Kalau masalah ATV, saat ini kendaraannya masih pesan dan petugas masih mencarikan jalur yang aman untuk berkendara”, tambah Sigit Rahardjo.


Salah seorang wisatawan lokal mengatakan bahwa kunjungannya ke gunung Kelud karena penasaran oleh pemberitaan tentang fenomena munculnya kubah lava usai letusan lalu.

Sekarang ganti muncul anak gunung Kelud. Tapi panoramanya tetap indah”Kata salah seorang pengunjung".
 Tentang ramainya pengunjung di kawasan wisata gunung Kelud ini juga dibenarkan oleh Sutomo (50) petugas parkir yang biasa mengatur kendaraan penempatan kendaraan. Menurutnya pada hari Sabtu dan Minggu, areal parkir selalu penuh oleh kendaraan roda dua dan roda empat. Kendaraan terbesar yang pernah naik adalah jenis mini bus, tetapi yang banyak untuk kendaraan roda empat adalah Isuzu Elf dari berbagai biro wisata. “Sejak Lebaran kemarin gunung Kelud pada Sabtu dan Minggu selalu ramai. Kalau ramai areal parkir ini bisa penuh. Jadi harus diatur penempatannya”, jelas Sutomo didampingi Yudi (35) petugas permainan flying fox.


Gelar Ritual Sesaji

Selain wisata Alam yang indah, gunung kelud juga terkenal dengan ritual sesaji dari masyarakat desa setempat, Upacara adat berbentuk Ritual sesaji ini merupakan agenda budaya tahunan yang diikuti masyarakat sekitar gunung Kelud.

“Adat Ritual Sesaji yang diselenggarakan setiap tahun ini, juga menampilkan pertunjukan kesenian tradisional dan budaya serta pagelaran musik”, jelas Kabag Humas dan Protokol Drs. Sigit Rahardjo, MSi.

Upacara adat Ritual Sesaji ini sebelumnya diistilahkan Larung Sesaji. Tetapi karena fenomena danau di puncak kepundan berubah dengan munculnya anak gunung Kelud, maka selanjutnya upacara adat ini menggunakan nama Ritual Sesaji.( sumber :wongkediri.net)

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Laundry Detergent Coupons